Sejumlah pegunungan yang membentang di Kabupaten Kapuas Hulu, serupa Schwaner dan Muller, ternyata diabadikan dari nama sejumlah pelaku ekspedisi berkebangsaan asing pertengahan abad XIX di daerah itu.
Wilayah
perbatasan antara Kapuas dan Mahakam merupakan salah
satu wilayah yang paling terpencil di Borneo. Di sebelah
timur, daerah Mahakam Hulu, yang terisolasi oleh
jeram-jeram yang sangat berbahaya, di mana suku
Kayan-Mahakam, suku Busang termasuk sub suku Uma Suling
dan lain-lain serta suku Long Gelat sebuah sub suku dari
Modang menempati daratan-daratan yang subur,
sedangkan suku Aoheng mendiami daerah berbukit-bukit. Di
sebelah barat, daerah Kapuas Hulu dengan kota niaga
kecil Putussibau, dikelilingi oleh desa-desa Senganan,
Taman dan Kayan. Lebih ke hulu lagi, dua desa kecil
Aoheng dan Semukng. Di antara keduanya, sebuah barisan
pegunungan yang besar mencapai ketinggian hampir 2000
meter didiami oleh suku nomad Bukat atau Bukot dan
Kereho atau Punan Keriu, serta suku semi nomad Hovongan
atau Punan Bungan.
Orang
asing pertama yang mencapai dan melintasi pegunungan ini
adalah Mayor Georg Muller, seorang perwira zeni dari
tentara Napoleon I yang sesudah Waterloo masuk dalam
pamongpraja Hindia Belanda. Mewakili pemerintah
kolonial, ia membuka hubungan resmi dengan sultan-sultan
di pesisir timur Borneo. Pada tahun 1825, kendati Sultan
Kutai enggan membiarkan tentara Belanda memasuki
wilayahnya, Muller memudiki Sungai Mahakam dengan
belasan serdadu Jawa. Hanya satu serdadu Jawa yang dapat
mencapai pesisir barat. Berita kematian Muller menyulut
kontroversi yang berlangsung sampai tahun 1850-an dan
dihidupkan kembali sewaktu-waktu setiap kali informasi
baru muncul. Sampai tahun 1950-an pengunjung-pengunjung
daerah itu pun masih juga menanyakan nasib Muller.
Bahkan sampai hari ini hal-hal sekitar kematian Muller
belum juga terpecahkan. Diperkirakan Muller telah
mencapai kawasan Kapuas Hulu dan dibunuh sekitar
pertengahan November 1825 di Sungai Bungan, mungkin di
jeram Bakang tempat ia harus membuat sampan guna
menghiliri Sungai Kapuas. Sangat mungkin bahwa
pembunuhan Muller dilakukan atas perintah Sultan Kutai,
disampaikan secara berantai dari satu suku kepada suku
berikutnya di sepanjang Mahakam dan akhirnya
dilaksanakan oleh sebuah suku setempat, barangkali suku
Aoheng menurut dugaan Nieuwenhuis. Karena Muller dibunuh
di pengaliran Sungai Kapuas, dengan sendirinya sultan
tidak dapat dituding sebagai pihak yang
bertanggungjawab. Bagaimanapun, ketika ekspedisi
Niewenhuis berhasil melintasi daerah perbatasan hampir
70 tahun kemudian, pada hari nasional Perancis tahun
1894, barisan pegunungan ini diberi nama Pegunungan
Muller.
Menjelang
pertengahan abad XIX, Belanda telah berhasil menguasai
daerah-daerah pesisir
dan perdagangan di muara sungai besar. Penguasaan niaga
saja ternyata tidaklah cukup, dan kekuatan-kekuatan
kolonial membutuhkan penguasaan teritorial yang
sesungguhnya, yang berdasarkan struktur-struktur
administratif dan militer. Dalam rangka inilah
ekspedisi-ekspedisi besar dilakukan pada perempat akhir
abad XIX. Ekspedisi
ke Kapuas Hulu dimulai pada 1893 oleh Nieuwenhuis.
Eksplorasi
lebih lanjut lalu menyusul pada tahun-tahun pertama abad
yang baru oleh Enthoven di Kapuas Hulu Hingga di tahun
1930-an, seluruh pedalaman Borneo telah jatuh di bawah
kekuasaan sebenarnya dari kekuatan-kekuatan kolonial,
kecuali Kesultanan Brunei yang sudah sangat menciut.
Informasi
tentang Borneo dari sebelum zaman penjajahan tidak
banyak diketahui. Abad XIX terjadi migrasi suku Dayak
Iban secara besar-besaran, memasuki lembah Rejang dari
selatan, mungkin dari daerah aliran Sungai Kapuas.
Sebelumnya di daerah aliran Sungai Rejang tidak terdapat
suku Iban. Dengan bermigrasi ke daerah hulu sungai
Saribas dan sungai Rejang, suku Iban menyerang suku
Kayan di daerah hulu sungai-sungai itu pada tahun 1863
dan terus maju ke utara dan ke timur. Pesta perang dan
serangan pengayauan menyebabkan suku-suku lain terusir
dari lahannya. Menjelang
awal tahun 1900-an suku Dayak pengayau telah memasuki
daerah hulu Sungai Rajang, Kayan, Mahakam dan Kapuas
yang terpencil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar